Kenapa PES Tertinggal Cukup Jauh dari FIFA ?

Rivalitas 

PES dan FIFA, dua game simulasi sepakbola yang terus berkompetisi untuk menjadi yang terbaik tiap tahunnya. Namun, saat ini bisa dibilang PES tertinggal dari FIFA. Apa sebabnya ? Bagaimana awalnya ? Apakah benar karena angka pembajakan yang tinggi ?
Artikel ini akan membahasnya lebih dalam.


PES 2013
PES 2013, Masterpiece yang Masih Memiliki Celah

Berawal dari PES 2013, salah satu seri PES tersukses (dalam hal jumlah pemain) yang hingga kini masih banyak pemainnya. Sayangnya, jumlah pemain yang banyak ini didominasi oleh pengguna bajakan. Selain karena game ini dirilis di masa dimana konsol sudah bisa dibajak, game ini juga tidak menawarkan kualitas online yang mumpuni.

Sebuah masterpiece yang sayangnya, memiliki celah yang cukup untuk membuat usernya “ogah” membeli versi originalnya. Bertolak belakang dengan FIFA yang justru mulai membenahi fitur onlinenya ditambah dengan semakin populernya FIFA Ultimate Team, versi originalnya terjual cukup banyak. Terbukti dengan hasil penjualan global PES 2013 yang hanya mencapai 2,46 juta kopi dengan FIFA 13 yang mencapai 16 juta kopi (berdasarkan data dari VGChartz).

Belum lagi perbedaan system requirement yang cukup untuk menggambarkan perbedaan kasta pemain kedua game ini.

Penjualan : PES 2013 (2,46 juta kopi) vs FIFA 13 (16,01 juta kopi)


PES 2014

PES 2014, Konsep Revolusioner yang Gagal Total

Konami tampaknya ingin mengubah pandangan masyarakat yang sudah terlanjur menganggap PES sebagai game untuk untuk low spec gamer. Dan juga memang pasar di atasnya yang lebih menjanjikan ketimbang pasar low spec gamer yang didominasi oleh user bajakan.

Bukan rahasia lagi kalau para low spec gamer ini cenderung memilih menabung untuk mengganti hardware daripada untuk membeli game original. Ditambah platform Steam yang belum sepopuler dan semudah sekarang, gamer harus membeli versi fisik yang tentunya lebih ribet jika dibandingkan dengan membeli via Steam.

PES 2014 datang dengan konsep revolusioner berupa kualitas visual yang sangat wah – untuk sebuah game sepakbola – pada masanya. Datang dengan membawa engine baru – FOX, PES 2014 justru gagal total di pasaran dikarenakan kualitas game yang buruk.

Seberapa buruk ? 
Cukup untuk disebut sebagai blunder terbaik PES dalam satu dekade terakhir yang membuatnya terpental dari persaingan.

Walau kualitas grafisnya sangat baik, animasi di game ini sangatlah aneh. Gameplaynya yang kaku dan terbilang setengah-setengah juga menghilangkan identitas gameplay khas PES.  Bisa dibilang gameplaynya itu “PES bukan, FIFA tanggung”. Dan mode online juga masih terbilang buruk. Konsep bagus yang benar-benar gagal dieksekusi.

Belum lagi “kasus” konyol mengenai face beberapa pemain yang jauh dari kata mirip. Yang paling terkenal ? Face dari si kembar da Silva. Situasinya kurang lebih sama dengan yang dialami Casemiro di FIFA 17 saat ini. Sama-sama bermain di klub besar, klubnya sama-sama menjadi partner game dari masing-masing game, sama-sama baru meraih gelar juara, dan sama-sama berkontribusi untuk timnya dalam meraih gelar juara itu dan sama-sama sial mendapatkan face in-game yang sama sekali tidak mirip dengan wajah aslinya. Bedanya ? Kualitas game FIFA 17 berhasil menutupi masalah konyol ini.

Bagaimana dengan sang rival ?
FIFA 14 unggul cukup telak dari PES di tahun ini. Berbanding terbalik dengan mode online di PES yang belum mendapat peningkatan berarti, mode FUT di FIFA 14 begitu populer. Cukup populer untuk menjadikan mode ini sebagai ladang uang di seri selanjutnya. Bahkan keuntungan penjualan game ini sukses membuat EA dengan yakinnya merilis ulang FIFA 14 di platform net-gen console – PS4 dan Xbox One. Sedangkan PES ? Bajakannya saja pada ogah main.
Di titik inilah PES terpental jauh dari persaingannya dengan FIFA.

Penjualan : PES 2014 (1,4 juta kopi) vs FIFA 14 (16,54 juta kopi)


PES 2015

PES 2015, Perbaikan Total

Setelah kegagalan yang sangat menyedihkan – baik dari sisi developer maupun fans, Konami mencoba untuk mengembalikan gameplay PES ke akarnya. Singkatnya ? Ga ikut – ikutan FIFA lagi.

Masih menggunakan FOX Engine sebagai basisnya, kualitas visual yang sebenarnya sudah bagus di PES 2014 kembali ditingkatkan. Animasi yang aneh di seri sebelumnya sudah digantikan dengan animasi yang jauh lebih “normal”. UI Menu dengan desain Metro ala ala Windows 8/8.1 semakin menambah keren game ini. Menggaet bintang Jerman yang mencetak gol di Final Piala Dunia 2014 – Mario Gotze, sebagai brand ambassador utama dan cover star menambah nilai jual game ini.

Walaupun mode onlinenya masih belum bisa dikatakan bagus, kualitas dari mode offline game ini cukup untuk membuat game ini laku di pasaran. Ditunjang dengan kualitas grafis terbaik di versi PS4 dan Xbox One – yang belum bisa dibajak, tentunya meningkatkan angka penjualan game ini.

Sayangnya versi PC mendapatkan port last-gen yang tentunya dibarengi dengan system requirement yang rendah membuat game ini kembali dicap sebagai game untuk para low spec gamer. Beruntung semakin populernya Steam dan harga gamenya di Steam yang terbilang murah dapat menarik hati gamer untuk membeli versi Orinya. Sayangnya , game ini ditarik dari Steam sebelum masanya habis tanpa alasan yang cukup jelas.

FIFA sendiri seperti sekedar menyempurnakan apa yang sudah mereka lakukan di FIFA 14 versi Next-Gen. Yang paling berbeda tentu saja di platform PC. Berbeda dengan PES yang memberikan gamer PC port dari konsol last-gen, FIFA memberikan gamer PC port dari konsol next-gen dan melindunginya dengan Denuvo.

Walaupun belum dapat dikatakan bersaing dekat dengan FIFA setelah kekalahan yang cukup telak di seri sebelumnya, setidaknya seri ini sudah menunjukkan kalau PES sudah kembali ke jalur yang benar untuk melanjutkan persaingan.

Penjualan : PES 2015 (1,75 juta kopi) vs FIFA 15 (17,48 juta kopi)


PES 2016

PES 2016, Perbaikan yang Lebih dari Sekedar Perbaikan

Dalam banyak aspek, game ini hanyalah "sekedar" perbaikan dari PES 2015. Namun, bagaimana caranya game ini menjadi seri PES yang paling bersaing dengan FIFA sejak PES 2014 ?

Perbaikan yang lebih dari sekedar perbaikan !

Itulah yang menjadikan PES 2016 berhasil menyaingi FIFA 16. Kedua game memang hanya menyajikan perbaikan dari seri sebelumnya. Tapi perbaikan pada PES tidak hanya sekedar perbaikan. Dari segi grafis, efek physic dan animasi nampak jauh lebih halus dan realistis. Dari segi gameplay, perbaikan di PES 2016 pun jauh lebih terasa, dibanding FIFA 16 yang tidak terlalu berbeda dengan FIFA 15. Walaupun, gamepplay itu masalah selera sebenarnya. PES unggul dari segi improvement dari FIFA yang terkesan seperti FIFA 15 dengan tambahan tim wanita.

Kekalahan telak terjadi di platform PC yang mana PES masih bertahan dengan port last-gennya. Harganya yang sama dengan versi last-gen dan SS di Steam yang menggunakan SS dari versi PS4, cukup untuk membuat gamer PC merasa tertipu dan memberikan review negatif. Ditambah tidak adanya proteksi dari DRM apapun, game ini langsung dibajak di hari pertama rilis.

Jadi, seberapa baik game ini ?
Sangat baik hingga membuat situs review Jagatplay memberikan tagline “Kembali ke Era Kejayaan!” di reviewnya.


Penjualan : PES 2016 (1,51 juta kopi) vs FIFA 16 (16,50 juta kopi)


PES 2017

PES 2017, Peningkatan yang Baik tapi Tidak Cukup Baik

Kualitas PES 2017 sebenarnya cukup baik. Peningkatan di sisi gameplay dengan jargon Control Reality bukan omong kosong belaka. Kontrol yang lebih realistis, Adaptive AI yang cukup membuat pemain memutar otak untuk mencari taktik baru, dan AI kiper yang mengalami peningkatan signifikan merupakan contoh peningkatan di sisi gameplay.

Sayangnya, game ini harus menghadapi FIFA 17. Sebuah game revolusioner dari FIFA yang datang dengan engine baru – Frotbite. Inovasi lainnya ? Sebuah story mode bernama The Journey yang menjadi jawaban atas keluhan gamer FIFA yang menganggap EA hanya peduli terhadap online modenya. Berbeda dengan FIFA 16 yang fitur timnas wanitanya seperti tidak dianggap, The Journey menimbulkan hype yang sangat dahsyat dan berhasil mendapatkan review positif setelah dirilis. Ditambah dengan hilangnya lisensi La Liga di PES 2017, FIFA kembali melebarkan jaraknya dari PES.

Hebatnya lagi, EA berani membawa engine barunya ini ke PC walau FIFA 15 sudah berhasil di-crack dan FIFA 16 berhasil di-bypass. Berbeda 180◦ dengan Konami yang masih saja menggunakan port last-gen. Penggunaan Denuvo di PES 2017 juga membuat gamer PC kian marah. Setelah berhasil bertahan selama kurang lebih sebulan, Denuvo di PES 2017 sukses diruntuhkan oleh CPY. Tidak lupa CPY memberikan pesan kepada Konami kalau game ini memiliki kualitas port yang “sampah” ditambah dengan penggunaan nama “PM Black White” untuk tim sekelas Juventus. Sedangkan FIFA 17 belum dibobol hingga saat ini.

Bobolnya Denuvo di PES 2017 pun cukup untuk membuat gamer PES 2017 di PC dibully habis-habisan oleh gamer FIFA 17 PC. Belum cukup dengan predikat low spec gamer, gamer PES di PC kembali mendapatkan predikat user bajakan. Sebelum kejadian ini, gamer PES di PC kembali mendapatkan respect dari user FIFA dikarenakan harga game originalnya yang tidak murah dan belum ada bajakannya. Dan setelah kejadian ini, predikat kere gamer pun kembali melekat pada diri gamer PES PC. Belum lagi user originalnya “dimusuhi” oleh beberapa user bajakannya. Dengan alasan user ori sok dukung developer dan buang-buang uang saja, mereka biasanya menyerang user ori kalau ada postingan yang berisi ajakan untuk memakai versi Ori.

Gimana ga dibully user FIFA kalau user PES masih ada yang mindsetnya terbelakang kayak gini -_-


Penjualan : PES 2017 (1,14 juta kopi) vs FIFA 17 (16,92 juta kopi)


PES 2018

PES 2018, Akankah Berhasil Menyaingi FIFA ?

Setelah berhasil cukup dekat di seri PES 2016 dan kembali tertinggal agak jauh di PES 2017, tentu saja kita berharap PES 2018 setidaknya mampu untuk memperkecil ketertinggalan ini. Kehadiran versi PC yang menggunakan port next-gen diharapkan berhasil membuat PES di PC kembali ke trek kompetisi, setelah sebelumnya selalu kalah telak dengan FIFA. Kita masih harus menunggu kedua game dirilis untuk menilai apakah PES akan kembali tertinggal atau berhasil memperpendek jarak.



Apa yang bisa kita lakukan ?

Yang bisa kita lakukan sebagai konsumen untuk mendukung game ini tentu saja dengan membeli versi originalnya. Atau setidaknya kalau kalian memakai versi bajakannya – itupun kalau ada versi bajakannya, jangan pamerkan mindset bodoh kalian dan mengejek yang beli Ori. Apalagi sampai bersikap offensive kepada orang yang mengajak beli Ori.

Bajakan atau Ori, hak masing-masing. Tapi membanggakan game bajakan itu sama saja dengan membanggakan hasil curian. Apalagi sampai membully yang beli ori, itu cuma menunjukkan keterbelakangan pikiran kalian. Disaat masih banyak gamer bajakakan yang ingin membeli versi orinya, kalian malah mebanggakannya padahal yang membajak juga bukan kalian.

Sekian artikel yang cukup panjang ini


Comments

Post a Comment